Dalam upaya memantapkan persiapan Kurikulum 2020 (K2020) Multistrata yang akan dimulai pada Tahun Akademik 2020/2021 dan merespon saran serta masukan dari fakultas dan departemen, maka perlu untuk dilakukan Klinik K2020 Multistrata secara daring. Pelaksanaan kegiatan Klinik K2020 Multistrata ini dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Program dan Teknologi Pendidikan (PPTP) melalui series webinar K2020 yang diselenggarakan sebanyak tiga series melalui Zoom Meeting. Seri pertama dilaksanakan pada 7/7. Kegiatan sesi pertama pada tanggal 7 Juli 2020 ini diikuti sekitar 162 peserta terdiri atas para Ketua Departemen, Ketua Program Studi dan Koordinatar mata kuliah dari 4 Fakultas yaitu FKH, FAPET, FPIK, dan FMIPA
Materi Klinik berfokus pada konstruksi Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan Rencana Pembalajaran Daring (RPD) yang mengintegrasikan future ready mindset dan skillsets abad 21, serta menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTs) dalam perspektif ketercapaian Learning outcome dan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).
Dr Drajat Martianto, Wakil Rektor IPB University Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, dalam sambutannya menyampaikan, yang paling penting adalah hal mendasar tentang cara menyusun RPS yang terbaik. Pembelajaran secara daring hanya salah satu dari penerapan K2020. Menurutnya, untuk menciptakan suasana perkuliahan yang baik maka membutuhkan kurikulum yang sesuai dengan tantangan kehidupan di abad 21 ini. “Mudah-mudahan dari tiga seri ini nantinya bisa menghasilkan rumusan yang lebih baik sebagai upaya dalam melakukan penyiapan menghadapi K2020, ” ungkapnya.
Sementara, Ir Lien Herlina, MSc, Direktur Pengembangan Program dan Teknologi Pendidikan, menjelaskan Klinik K2020 diadakan atas permintaan dari dekan fakultas. Pelaksanaan kegiatan ini juga berdasarkan instruksi dari Rektor IPB University untuk merespon hasil pembelajaran daring yang telah disurvei sebelumnya.
Berdasarkan survei, sebagian besar mahasiswa merasa bosan dengan pembelajaran dan tugas yang sangat banyak. “Sebetulnya pembelajaran daring, platformnya sama saja, yang dibutuhkan adalah pemindahan capture dari pembelajaran langsung menjadi pembelajaran daring. Begitu saya lihat lagi, maka kita perlu pembenahan dulu dari RPS-nya,” lanjut Lien Herlina.
Dalam penjelasannya, Lien Herlina menyampaikan mahasiswa memiliki kemampuan multitasking yang akan lebih mudah dalam menerima pembelajaran dengan gambar dan video. “Materi yang akan diberikan harus lebih banyak yang mendahulukan koneksi dengan isu yang ada dan mengutamakan penyelesaian masalah. Kualitas guru dinilai dari well prepared dan motivated teachers,” tambahnya.
Dr Yulin Lestari, Kasubdit Pengembangan Pembelajaran, Direktorat PPTP dalam pemaparannya menyampaikan, RPS ditetapkan berdasarkan capaian pembelajaran tergantung pada setiap program studi. Perencanaan proses pembelajaran yang disusun dalam bentuk RPS, dapat dikembangkan oleh dosen secara mandiri atau kelompok dosen dari setiap bidang ilmu.
“Proses pembelajaran dititikberatkan pada bagaimana memandu mahasiswa belajar agar memiliki kemampuan sesuai dengan yang dibebankan pada mata kuliah, bukan pada kepentingan kegiatan dosen mengajar,” ujarnya.
Pembelajaran yang dirancang adalah pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa atau Student Centered Learning (SCL). Perencanaan proses pembelajaran ini wajib ditinjau secara berkala. Adapun RPS ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen secara mandiri atau bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan atau teknologi dalam Program Studi, sesuai mandat Permendikbud, Nomor 3 tahun 2020, tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.